top of page

Orang Tua Milenial Jangan Berhenti Mendongeng

Diperbarui: 17 Apr 2021


Dampak Besar Mendongeng Terhadap Perkembangan Anak

Tidak perlu bertanya apakah membacakan dongeng kepada anak masih relevan, karena jawabannya adalah YA. Akan selalu relevan. Anak-anak akan selalu dibesarkan dengan dongeng dan cerita-cerita karena mereka, dalam usia 2 sampai 6 tahun, hidup dengan banyak pertanyaan di dalam kepala. Begitulah salah satu cara anak-anak memulai belajar tentang kehidupan. Ketika anak-anak mulai bertanya, maka sebagai orang tua atau pengasuh selalu siap dengan jawaban. Dalam usia ini, pendekatan pertanyaan dan jawaban lebih baik dengan cara bercerita.

Misalkan seorang balita yang kebetulan mendengar suara kodok lalu bertanya itu bunyi apa, kenapa bunyinya demikian kenapa bunyinya berulang-ulang. Orang tua kebanyakan memberi mereka jawaban berupa beragam cerita bahwa bunyi kodok memang demikian ketika mereka mencari ibunya, atau itu artinya kodok sedang bernyanyi karena hujan turun.

Ada semacam hubungan yang tak terpisahkan antara anak-anak dengan cerita atau dongeng. Sebagai orang dewasa, orang tua dan pengasuh atau guru, kita perlu menyikapi lebih serius tentangnya. Dampak yang diterima oleh anak-anak melalui cerita dan dongeng-dongeng sangat jelas terlihat.


Fairy tales are more than true: not because they tell us that dragons exist, but because they tell us that dragons can be beaten.”


1. Memperbanyak Kosa Kata Dan Melembutkan Bahasanya.

Seorang anak setelah mulai bisa berbicara, akan semakin paham tentang bahasa dan komunikasi. Dia telah mulai membedakan mana yang hanya merupakan bunyi kosong dan mana yang merupakan kata-kata dan kalimat. Sederhananya, pertama kali berkomunikasi dia menggunakan tangisan, kemudian dalam pertumbuhan dia mendengarkan bunyi lain dari mulut orang dewasa. Bunyi yang bisa dibentuk dengan gerak mulut tertentu, maka dia belajar berbicara.

Setelah bisa membentuk bunyi tertentu melalui mulut dan lidahnya, seorang anak akan semakin sering berkomunikasi dengan orang tuanya. Dia bertanya, menjawab dan meminta. Dia menggunakan bahasa yang dia salin dari mulut orang tuanya. Dia menjadi peniru bunyi terbaik.

Ketika orang tua atau orang dewasa yang membimbingnya paham bahwa anaknya menggunakan bahasa yang dia dengar sehari-hari, maka di sinilah ‘kegiatan’ memberi dia cerita akan dimulai.

Dongeng atau cerita bisa diberikan dengan dibacakan atau didongengkan. Anak-anak memiliki daya tangkap dan daya tampung terhadap bahasa yang baik. Di sela-sela cerita dan dongeng mereka akan sering bertanya. Pertanyaan mereka adalah hal baru yang hendak mereka simpan dalam kepalanya.

Perbedaan antara mendengarkan cerita dan mendengarkan percakapan harian bagi anak-anak adalah dalam cerita mereka mendapatkan banyak kosa kata baru. Selain itu mereka menemukan kalimat-kalimat tertentu yang belum mereka dengar sebelumnya. Jika dalam bahasa sehari-hari sering yang mereka tangkap adalah bahasa sehari-hari tanpa sensor, maka dalam sebuah kisah yang dibacakan atau didongengkan mereka menemukan bahasa yang lebih lembut.

Sebuah studi linguistik anak menyatakan dalam rentang usia 2 sampai 6 tahun ini anak-anak belajar mengatur tata bahasanya. Mereka mampu mengumpulkan setidaknya 3000 kosa kata.

2. Belajar berkomunikasi.

Telah disampaikan pada poin nomor 1 dalam cerita bahasa yang digunakan berbeda dengan bahasa harian. Anak-anak sangat peka dengan perubahan tersebut sehingga membuat mereka selalu bertanya ketika sedang mendengarkan cerita. Sebuah kosa kata tertentu bisa membuat mereka bertanya berulang-ulang hanya untuk menkonfirmasi kalau mereka telah mengingatnya. Selain bertanya, mereka sering pula mengulang kalimat-kalimat tertentu yang menandakan kalau oatk meereka mengidentifikasi informasi baru.

Kita tahu kisah yang diceritakan kepada anak-anak berupa kisah-kisah sederhana yang mengandung nilai-nilai tertentu. Mungkin dalam hal penyerapan nilai anak-anak butuh waktu lebih, tetapi dalam hal mengutip rasa bahasa dan gaya berkomunikasi anak-anak akan lebih cepat meniru. Misalkan mereka dengan mudah meniru suara kancil yang meminta buaya berbaris di sungai ketimbang memahami bahwa kancil tengah mengakali buaya.

Struktur kalimat pendek dan sederhana dalam dongeng akan diaplikasi anak-anak baik dalam permainan mereka dengan boneka atau sesama teman maupun ketika berkomunikasi dengan orang yang lebih tua. Khusus untuk kisah yang amat meeka sukai, dimana mereka mungkin meminta orang tuanya bercerita beberapa kali, ingatan mereka tentang bahasa di dalam cerita tersebut sangat kuat.

Dengan mendengarkan dongeng, anak-anak terbantu memetakan kalimat-kalimat pendek yang kemudian dalam perkembangannya akan mampu menyusun kalimat yang lebih panjang. Kebiasaan anak mendengarkan dongeng akan membantu ank lebih cepat membuat kalimat panjang dalam kesehariannya.


Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu. – Amsal 29:17


3. Mengembangkan Imajinasi Dan Kreativitasnya.

Imajinasi dan kreativitas termasuk hal-hal natural yang dibawa oleh anak-anak sejak mereka lahir. Menyaksikan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikologinya sehari-hari merupakan bukti bahwa dua aspek tersebut berperan.

Kita bisa melihat bagaimana mereka menidurkan bonekanya dan berjam-jam bermain bersama mereka. Imajinasi dan kreativitas mendorong anak-anak untuk berkembang karena jika tanpa kedua hal ini anak-anak akan berhenti berkembang pada usia tertentu.

Dongeng mengandung nilai-nilai. Anak-anak secara perlahan mulai mengerti kenapa seseorang itu diceritakan dengan cara demikian. Kenapa nenek sihir bisa-bisanya mengirim putri salju ke benteng yang seram. Kenapa pangeran berkuda putih bisa mengalahkan naga? Karena dia gagah perkasa.

Hanya karena anak-anak belum sepenuhnya rupa dan bagaimana melihat nenek sihir, pangeran dan putri maka sosok-sosok mereka hadir ke dalam kepala anak-anak berupa gambaran imajinatif. Memori mereka mengumpulkan potongan-potongan terpisah yang mereka temui setiap hari untuk membentuk sebuah objek. Bisa jadi mereka belum pernah melihat seekor kuda putih. Tetapi karena mereka pernah melihat kuda sebelumnya (mungkin di dalam televisi), maka mereka akan menggabungkan kuda dalam ingatan mereka dengan warna putih. Maka jadila kuda putih yang mereka bentuk.


Semakin banyak diberikan cerita-cerita, anak-anak pada umumnya akan membentuk kisah-kisah sendiri dalam kepalanya. Kita bisa perhatikan ketika mereka bermain dengan mainan meeka. Biasanya mereka akan bergumam dalam bahasa-bahasa tertentu yang menunjukan kalau meeka tengah menghidupi permainan. Mereka menganggap mainan dan bonekanya hidup sehingga dengannya bisa bercerita. Anak-anak akan menggunakan bahasa dan cara bercerita yang sering mereka dengar dari orang tuanya. Inilah proses kreatif paling awal.

4. Mendekatkan Anak Dengan Orang Tua Dan Nilai-Nilai.

Jika dalam bercerita, orang tua menyisipkan nilai-nilai untuk diingat oleh anak, maka anak-anak akan dengan mudah memahaminya. Dalam kisah kancil dan kura-kura, orang tua yang menutup cerita dengaan mengatakan bahwa walaupun kita punya kelebihan tetapi jangan sombong, anaknya akan mengingatnya dengan baik.

Mengingat pesan moral dalam cerita lebih mudah ketimbang dijabarkan dengan cara biasa kepada anak karena anak-anak yang menyukai cerita semacam itu memilih kura-kura sebagai kawannya. Mereka akhirnya membedakan perilaku kancil yang jumawa dengan kura-kura tidak pantang menyerah.

Pendekatan penerapan nilai moral dengan cara ini sangat bagus. Anak-anak menerimanya karena menghargai sosok dalam cerita serta menyadari keberhasilan sosok itu. Selain itu, anak-anak juga peka bahwa orang tuanya pun menyukai kura-kura. Dari itu terbentuk rasa percaya kalau mereka lebih memilih menjadi seperti kura-kura ketimbang kancil.

Anak-anak meniru apa yang disukai orang tua dan apa yang dihindari. Dengan bercerita, orang tua menjadi teladan dengan menjadi orang pertama yang menyukai tokoh pembawa pesan dalam cerita. Cara penyampaian ini sangat menyenangkan anak-anak, mereka akan menjadi sekutu orang tuanya dalam melawan kancil.


“If you want your children to be intelligent, read them fairy tales. If you want them to be more intelligent, read them more fairy tales.”


Mendongeng kepada anak-anak seharusya tidak sulit. Orang tua hanya perlu menyisihkan waktu-waktu tertentu, misalnya ketika bangun pagi dan berbaring sejenak di sisinya, atau menjelang tidur malam.



baca juga: 
           https://www.yka.or.id/post/parenting-dan-krisis-kemanusiaan



9 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page