Berbicara mengenai pendidikan memusatkan pikiran pada berbagai sistem yang diberlakukan. Pemerintah terus melakukan usaha maksimal untuk mendukung peningkatan kualitas SDM. Beberapa sumber bahkan menyebutkan bahwasannya anggaran pendidikan terus mengalami peningkatan. Program negara mengenai beasiswa juga semakin dipertajam dengan jenis yang beragam.
Tidak hanya itu karena perusahaan non profit juga sering mengeluarkan bantuan pendidikan yang jumlah tidak sedikit. Sampai disini terlihat bahwa pendidikan tetap menjadi prioritas untuk mengembangkan potensi manusia. Bukan hanya tentang bagaimana generasi mampu membaca, menulis, dan berhitung. Melainkan terdapat value lain yang diharapkan mampu terwujud lewat ranah edukasi.
Mulai dari aspek terkecil seperti toleransi, percaya diri, saling menolong, sekaligus kejujuran. Basicnya, manusia membutuhkan karakter kuat sejak dini. Karakter sendiri dianggap sebagai bagian krusial bagi manusia untuk mampu bertahan ditengah perubahan yang terus terjadi.
Apalagi di era modern seperti sekarang dimana berbagai informasi terus berjalan setiap hari.
Teknologi semakin canggih menjadikan ragam konten bertebaran tanpa kontrol yang jelas. Ketika keadaan ini tidak segera teratasi. Tentu saja kemajuan peradaban akan merusak karakter generasi. Sehingga aspek yang dianggap penting dalam memberi proteksi pada diri ialah kekuatan karakter.

Disini keluarga sebagai organisasi terdekat wajib turun tangan. Sejak kecil orang tua diharuskan menjalin komunikasi baik dengan anak. Perkuat sikap si kecil dengan edukasi unggulan. Biarkan lingkungan sekolah memberikan pandangan baru agar mereka mengenal dan mampu membedakan apa yang baik dan tidak untuk dilakukan.
Tanggungjawab itu tidak bisa dibilang sebagai tugas mudah. Sebab, setiap anak mempunyai kecenderungan yang berbeda. Itu kenapa sistem pendidikan terus mengalami perbaikan.
Misalnya saja, belum lama ini kurikulum edukasi Indonesia mengalami perombakan besar.
baca juga: Indahnya Berbagi - Menebar Kasih Kepada Sesama
Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim melakukan gebrakan besar dengan menghapus Ujian Nasional (UN). Kebijakan tersebut tentu langsung mendapat respon beragam dari masyarakat Indonesia. Mayoritas publik menyatakan setuju karena mereka menilai UN bukan satu-satunya jalan untuk menyatakan lulus atau tidaknya siswa.
Hal serupa juga dilontarkan oleh beberapa ahli yang menyatakan bahwa UN adalah bentuk pembodohan generasi. Langkah taktis untuk memaksimalkan bidang edukasi terus dilakukan oleh berbagai pihak. Semangat menjadi lebih baik melalui jalur edukasipun semakin terasa.
Ciptakan Pendidikan yang Juah dari Kata Membosankan
Dewasa ini pembicaraan mengenai edukasi semakin gencar terdengar. Jika dicermati ranah pendidikan bukan hanya mengenai nilai bagus, naik kelas, wisuda, kemudian kerja. Kenyataannya aspek yang dipelajari jauh lebih implisit. Peran pengajar menjadi sentral yang terus disoroti dari berbagai sudut. Bahkan orang tua berada diposisi yang tak tergantikan. Keduanya menjadi satu kesatuan yang saling mendukung.
Tugas guru tentu saja bukan sekedar memberi nilai. Namun, mereka wajib mentransfer value kehidupan secara nyata. Setidaknya berikan gambaran mengenai musibah apa yang terjadi ketika satu kesalahan dilakukan. Selain itu, mampu bersikap terbuka dengan perubahan. Tepat, sebagai guru Anda diwajibkan untuk mengikuti perkembangan.
Disinilah poin untuk mengurangi rasa bosan dalam proses belajar. Jangan sampai Anda kolot dengan metode pengajar satu arah. Biarkan siswa mengekspresikan diri. Tumbuh dan berkembang bersama kecanggihan. Anda benar, bisa dikatakan tugas pengajar memberikan fasilitas.
Tempat siswa melakukan diskusi terbuka, hingga pada akhirnya merasakan toleransi sekaligus pencapaian pengetahuan secara bersamaan. Jangan biarkan siswa tidur karena alasan klasik. Seperti, guru yang bicara sendiri di kelas. Pengajar diwajibkan untuk mempunyai cara modern untuk berhadapan dengan generasi abad 21.

Ciptakan suasana kelas layaknya ruang diskusi yang melibatkan berbagai pendapat. Buat mereka bicara dan menyatakan apa yang ingin dilakukan. Tantangan di era ini bukan lagi mengenai mengusir penjajah. Melainkan tentang menghapuskan kebodohan. Jadi, jangan biarkan ruang kelas sepi karena sikap tidak konsisten dari proses pembelajaran.
Tantangan di Waktu Ini
Pengetahuan sering disebut sebagai mahkota peradaban. Sedangkan pendidikan menjadi mahkota kehidupan. Manusia senantias berkembang mengikuti apa yang terjadi pada zamannya. Pola pikir juga menjadi bagian yang terus tumbuh. Manusia bukan lagi objek dari perubahan yang terjadi.
Melainkan merangkap sebagai subjek yang berperan penting dalam menciptakan kecanggihan. Edukasi sendiri sering dijadikan sebagai solusi untuk tetap menjaga eksistensi manusia. Dimana pada bidang tersebut mereka belajar mengenai pola sikap, rasa, sekaligus pikir. Sehingga tantangan di waktu ini bukan hanya bagaimana mendapat nilai tinggi. Melainkan menjurus pada pengolahan pengiriman knowladge secara maksimal.
Guna menciptakan mahkota hidup nan cantik serta menawan. Tepat, pengajar bukan satu-satunya aktor yang harus bekerja. Tantangan tersebut perlu digagas berbagai pihak. Pasalnya, bidang pendidikan mempunyai ranah yang luas dan kompleks.
Setiap elemen diwajibkan untuk bersama-sama memiliki frekuensi sama mengenai kemajuannya. Bukankah Anda setuju bahwa pendidikan termasuk gerbang utama untuk generasi mengenal nilai kehidupan?
baca juga : ini dia alasan kenapa anda harus berbagi dengan orang lain